TEMPO.CO, Jakarta - Selain huruf dan angka, salah satu indikator kemajuan suatu peradaban adalah sistem penanggalan atau kalender. Dalam sejarah peradaban dunia, sejumlah bangsa telah membuat dan menjalankan sistem kalender sendiri. Perayaan tahun barunya pun beragam termasuk Imlek atau tahun baru Cina. Peredaran bulan, matahari bahkan planet menjadi dasar dalam hitungan berbagai sistem penanggalan tersebut, yang berpatokan pada peredaran matahari misalnya ada kalender Sunda, Masehi, kalender Jawa dan banyak lagi. Ada juga penanggalan yang berpatokan pada peredaran matahari dan planet seperti kalender Suku Maya. Adapun peredaran bulan biasanya jadi patokan kalender hijriyah dan Cina. Namun sejumlah sumber menyebut jika kalender Cina juga diatur berdasarkan fase bulan dan matahari. Jika kalender biasa merayakan pergantian tahun pada 1 Januari setiap tahunnya, kebiasaan tersebut berbeda dengan tradisi Cina yang menandai Tahun Baru Imlek pada tanggal yang berubah setiap tahun.Asal usul Tahun Baru Imlek dapat ditelusuri kembali ke Dinasti Shang pada abad ke-14 SM. Kalender China tidak hanya berfungsi sebagai alat untuk menentukan waktu, tetapi juga sebagai panduan untuk urusan keagamaan, politik, sosial, dan struktural yang berkaitan dengan pemerintahan kaisar.Dikutip dari artikel ilmiah berjudul Kalender Cina dalam Tinjauan Historis dan Astronomis karya Elva Imeldatur Rohmah, orang-orang telah menetap di pemukiman di Cina setidaknya sejak tahun 3500 SM.Meskipun terdapat narasi-narasi tradisional yang menguraikan asal-usul tersebut, catatan tertulis paling awal ditemukan pada periode Dinasti Shang sekitar tahun 1600 SM. Cina adalah wilayah yang memiliki luas dan keragaman yang signifikan. Kalender China diatur berdasarkan fase bulan dan posisi matahari, sehingga Tahun Baru Imlek dimulai pada bulan baru yang jatuh antara akhir Januari dan akhir Februari, dan berlangsung selama sekitar 15 hari hingga purnama muncul. Awalnya, Tahun Baru Imlek dirayakan dengan upacara pengorbanan untuk menghormati dewa dan leluhur pada akhir setiap tahun.Kebiasaan ini berlanjut dari masa Dinasti Zhou, di mana korban dipersembahkan kepada leluhur dan dewa, serta rasa syukur kepada alam untuk hasil panen yang akan datang.Antara 220 dan 420 Masehi, perayaan Tahun Baru mulai berubah dari upacara agama menjadi perayaan yang lebih bersifat hiburan. Keluarga berkumpul untuk membersihkan rumah, mengadakan pesta, dan merayakan hingga pergantian tahun.Seiring berjalannya waktu, terutama pada masa Dinasti Tang, Song, dan Qing yang ditandai dengan kemakmuran ekonomi dan budaya, tradisi Tahun Baru Imlek mengalami perkembangan seperti menyalakan petasan, mengunjungi kerabat, makan pangsit, dan menikmati pertunjukan barongsai serta lampion.Pada masa pemerintahan Mao Zedong pada 1949, perayaan Tahun Baru Imlek tradisional dilarang dan digantikan dengan kalender Barat (Gregorian). Namun, pada akhir abad ke-20, pemerintah Tiongkok mulai menerima kembali tradisi tersebut, bahkan menetapkan libur selama seminggu untuk merayakannya.Budaya saling menyapa selama Tahun Baru Imlek diungkapkan dengan berbagai cara. Dalam bahasa Mandarin, ucapan yang umum adalah "Xnnián ho" yang berarti "Kebaikan Tahun Baru" atau "Selamat Tahun Baru," serta "Xnnián kuàilè" yang artinya juga "Selamat Tahun Baru."ANANDA BINTANG | BALQIS PRIMASARI Pilihan Editor: Mengenal Tradisi Fang Teh, Cara Mendapat Angpao dari Sesepuh saat Imlek