TEMPO.CO, Jakarta - Tubuh manusia terdiri dari cairan sebanyak 50-60 persen dari keseluruhan massa tubuh orang dewasa dan sekitar 75 persen bayi, mengutip dari StatPearls. Mempertahankan jumlah cairan yang tepat dalam tubuh adalah kunci untuk kesehatan secara keseluruhan, termasuk mencegah diabetes.Diabetes insipidus adalah kondisi yang terjadi ketika ginjal tidak dapat mempertahankan kadar air. Hal ini menimbulkan rasa haus yang ekstrem dan sering buang air kecil dengan air seni yang hambar, atau encer dan tidak berbau. Diabetes insipidus merupakan kondisi yang terbilang langka. Baca Juga: Berat Badan Anak Turun Drastis, Waspadai Risiko Diabetes Dikutip dari Cleveland Clinic, diabetes insipidus hanya mempengaruhi sekitar 1 dari 25.000 orang di seluruh dunia. Pada orang dewasa normal, mereka biasanya akan buang air kecil antara 1-3 liter (946,4 mililiter hingga 2,84 liter) urin sehari. Pada orang dengan diabetes insipidus, mereka dapat mengeluarkan sebanyak 20 liter (18,9 liter) urin setiap hari.Iklan googletag.cmd.push(function() { googletag.display('div-gpt-ad-parallax'); }); Scroll Untuk Melanjutkan Mengutip healthline, diabetes insipidus dapat terjadi ketika salah satu bagian dari sistem yang mengatur cairan dalam tubuh rusak. Hal ini berkaitan erat dengan rendahnya kadar hormon antidiuretik (ADH) yang juga dikenal sebagai vasopresin. ADH tersimpan di kelenjar pituitari. Tingkat ADH mempengaruhi seberapa baik ginjal mengelola kadar air dalam tubuh. Baca Juga: Apakah Kopi Tanpa Gula Bisa Menurunkan Gula Darah? Gejala utama diabetes insipidus meliputi rasa haus yang berlebihan (polidipsia), yang dapat menyebabkan keinginan yang tidak terkendali untuk air. Selain itu, volume urin yang berlebihan, yang dapat menyebabkan mengompol atau bangun di malam hari untuk sering buang air kecil. Diabetes insipidus juga dapat menyebabkan dehidrasi parah, yang dapat menyebabkan kejang, kerusakan otak, dan bahkan kematian jika tidak ditangani.Pilihan editor: Kenali Gejala Khas dan Tidak Khas Diabetes, Simak Saran Pakar