Kisah June Lin Penyintas Down Syndrom yang Jadi Penari

Kisah June Lin Penyintas Down Syndrom yang Jadi Penari

TEMPO.CO, Jakarta - June Lin berusia 12 tahun ketika dia menari pertama kalinya di Towner Gardens School, sekolah anak-anak dengan berkebutuhan khusus."Menari membuatku merasa bahagia dan bersemangat," kata June dikutip dari CNALifestyle.  Baca Juga: Baekhyun EXO Mau Gelar Konser Solo Lonsdaleite Asia Tour di Singapura, Inilah Sosoknya Saat ini June berusia 39 tahun. Ia bekerja sebagai pelatih tari profesional di Apsara Asia. Itu adalah sebuah usaha sosial yang menggunakan seni pertunjukan untuk memberikan keterampilan hidup kepada orang-orang dengan kebutuhan khusus. June juga tampil di bawah Diverse Abilities Dance Collective (DADC), sebuah komunitas dari Maya Dance Theatre yang mempromosikan ruang seni pertunjukan bagi individu dengan disabilitas. Sebagian besar hidup June dihabiskan untuk berlatih gaya tari baru dan mengikuti latihan untuk pertunjukan mendatang.Selain menari, June juga senang bermain bowling. Ia mulai menyukai olahraga itu ketika usianya awal dua puluhan. Dia ikut serta dalam pertemuan bowling yang diorganisir oleh Asosiasi Sindrom Down (Singapura). Ia bahkan mewakili Singapura dalam Special Olympics World Games 2015 di Los Angeles, Amerika Serikat. Di sana, dia meraih medali perak dalam cabang olahraga bowling. Baca Juga: 5 Rekomendasi Tempat Makan Enak Dekat Stadium Nasional Singapura Peran keluarga dan teman bagi June Bagi June, kecintaannya pada tari dimulai dengan dukungan dari keluarganya. Orangtuanya, Jean Wang dan Lim Joe Ann, mendukungnya sejak usia dini. Meskipun diberitahu bahwa anak-anak dengan sindrom Down mungkin memiliki keterbatasan dalam banyak hal, mereka mendukung putrinya sepenuh hati dalam minat dan hobi, mulai dari tari hingga seni dan kerajinan.Ketika June tampil, keluarganya selalu ada untuk memberi semangat. Dan grup obrolan keluarga mereka di WhatsApp penuh dengan video June menari di atas panggung.Iklan googletag.cmd.push(function() { googletag.display('div-gpt-ad-parallax'); }); Scroll Untuk Melanjutkan Sementara itu, pimpinan Lin di Apsara Asia, Kavitha Krishnan, adalah teman dan mentor sejati. Khrishnan merupakan seorang koreografer dan direktur kreatif berusia 52 tahun. June memanggilnya sebagai Kavi. Menurut June, Kavi banyak memperjuangkan hak-hak Lin dan penari lain dengan sindrom Down di panggung seni pertunjukan lokal."Dia membuat saya bahagia dan mengajari saya banyak nilai serta pelajaran hidup penting, seperti menjaga diri sendiri, merias wajah saya sendiri, dan selalu tepat waktu agar saya tidak melewatkan pelajaran tari apa pun," katanya. Krishnan adalah alasan mengapa Lin sangat tertarik pada tari klasik India, seperti Bharatanatyam, yang menceritakan kisah-kisah berdasarkan Hinduisme.Sebagai penari dan pelatih ulung yang ikut mendirikan Apsara Asia dan Maya Dance Theatre, Krishnan membawa pengalaman gaya Bharatanatyam dan memberikan pengetahuannya kepada Lin dan rekan-rekan penarinya.Di tempat kerjanya, Lin juga belajar bagaimana mengelola diri dan barang-barangnya dengan melakukan pekerjaan rumah tangga. Seperti merawat properti dan kostum untuk pertunjukan-pertunjukan berbeda. "Saya merawat studio tari karena itu bagian dari sebuah tim," ujar Lin.CNA LIFESTYLEPilihan editor: 

Source : https://gaya.tempo.co/read/1824942/kisah-june-lin-penyintas-down-syndrom-yang-jadi-penari