TEMPO.CO, Jakarta - Atrial fibrilasi adalah salah satu jenis aritmia atau gangguan irama jantung, di mana irama jantung menjadi tidak teratur dan terasa berdebar-debar. Spesialis jantung dan pembuluh darah di Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah (RSJPD) Harapan Kita Jakarta, Sunu B. Raharjo, meminta mewaspadai gangguan atrial fibrilasi bila sering merasa sempoyongan. "Denyut jantung kita dalam satu menit antara 60-100 kali. Jadi berdenyut seperti ini secara ritmik 60-100 kali per menit. Bisa menduga enggak kalau pada kasus atrial fibrilasi bisa sampai 400 kali per menit?" katanya dalam diskusi tentang kesehatan jantung, Kamis, 28 Maret 2024. Baca Juga: Pentingnya EKG untuk Pemeriksaan Awal Penyakit Jantung Sunu menjelaskan fenomena tersebut karena adanya getaran pada atrium atau serambi jantung yang menyebabkan pompa jantung menjadi tidak efisien. Hal tersebut dapat menyebabkan darah tidak dapat terpompa secara optimal sehingga sebagian darah akan menggumpal dan menggenang di dalam rongga atrium. Gangguan tersebut juga dapat menjadi salah satu pemicu komplikasi sejumlah penyakit lain seperti gagal jantung dan stroke. "Suatu ketika gumpalan darah itu lepas maka risiko yang paling kita khawatirkan adalah kejadian stroke. Dan risiko untuk terjadi stroke pada pasien dengan atrial fibrilasi itu bisa empat sampai lima kali lebih tinggi dibanding pada yang tidak mengalami atrial fibrilasi," ujarnya.30 persen tak bergejalaMeskipun sempoyongan bisa menjadi salah satu gejala utama, ada gejala lain yang ditandai jantung berdebar. Namun, Sunu juga menyebut ada 30 persen kasus atrial fibrilasi tidak bergejala sama sekali. Baca Juga: Bagus untuk Kesehatan Jantung, Apa Saja Manfaat Alpukat Iklan googletag.cmd.push(function() { googletag.display('div-gpt-ad-parallax'); }); Scroll Untuk Melanjutkan Ia mengungkapkan penyakit tersebut bisa disebabkan sejumlah hal. Salah satu dan yang paling sering adalah faktor degeneratif atau faktor usia yang sudah semakin tua. Namun pada penderita obesitas, gangguan atrial fibrilasi bisa terjadi pada orang dengan usia lebih muda.Untuk itu, Sunu mengimbau kepada yang mengalami gejala-gejala tersebut agar memeriksakan diri ke dokter dan mendeteksi adanya gangguan jantung dengan pemeriksaan elektrokardiogram (EKG). Selain itu, ia juga mengimbau untuk menjaga kesehatan jantung dengan rutin berolahraga, makan makanan sehat, tidak merokok dan meminum alkohol, serta tidak menyantap makanan tinggi kolesterol.Pilihan Editor: Pentingnya EKG untuk Pemeriksaan Awal Penyakit Jantung