TEMPO.CO, Jakarta - Popcorn lung atau dalam bahasa medisnya disebut Bronchiolitis Obliterans merupakan penyakit paru-paru langka yang menyebabkan jaringan parut dan peradangan pada bronkiolus. Hal ini dapat menyebabkan batuk kering terus-menerus dan sesak napas. Nama popcorn lung mungkin terdengar unik, tetapi terdapat alasan di balik namanya. Dilansir dari Cleveland Clinic, nama itu diduga berasal dari temuan para peneliti yang pertama kali mengidentifikasi penyakit ini di antara para pekerja di pabrik popcorn. Baca Juga: Kasus Penyerangan dengan Zat Kimia di Inggris Tertinggi di Dunia Penyakit yang diderita pekerja tersebut disebabkan menghirup diacetyl, bahan kimia penyedap yang digunakan untuk membuat popcorn terasa seperti mentega. Bahan ini juga dapat ditemukan di produk kopi berperisa, minuman buah, karamel, dan beberapa produk susu. Food and Drug Administration (FDA) menganggap diacetyl umumnya aman untuk dikonsumsi, namun berbahaya jika dihirup. Asap beracun dan bahan kimia yang terkait dengan paru-paru popcorn tidak terbatas hanya pada diacetyl. Bahan kimia lain yang dapat menyebabkan paru-paru popcorn jika dihirup meliputi klorin, amonia, sulfur dioksida, hingga nitrogen dioksida. Paru-paru popcorn adalah gangguan yang jarang terjadi, tetapi dapat menimpa siapa saja karena disebabkan oleh infeksi atau paparan zat tertentu, bukan genetik.Paru-paru popcorn juga dapat terjadi tanpa paparan khusus pada orang yang pernah menjalani transplantasi paru-paru. Sekitar 50 persen orang yang menjalani transplantasi paru-paru akan mengembangkan paru-paru popcorn dalam waktu lima tahun setelah prosedur transplantasi mereka. Sekitar 10 persen dari penerima sumsum donor juga mengembangkan paru-paru dalam waktu lima tahun. Baca Juga: 6 Fakta TBC Di Indonesia, Pernah Hampir Sejuta Kasus Hingga Ada di Candi Borobudur Iklan googletag.cmd.push(function() { googletag.display('div-gpt-ad-parallax'); }); Scroll Untuk Melanjutkan Dikutip dari Healthline, gejala paru-paru popcorn sering terjadi 2-8 minggu setelah sakit atau terpapar bahan kimia berbahaya. Gejala umum termasuk kesulitan bernapas dan batuk terus-menerus, progresif, dan kering. Gejala yang muncul sering terjadi secara teratur tidak episodik seperti misalnya gejala asma.Hingga saat ini belum ada obat untuk paru-paru popcorn. Penanganan yang dapat dilakukan hanyalah untuk membantu meringankan gejala dan memperlambat perkembangan penyakit. Salah satu pilihan untuk pengobatan adalah kortikosteroid resep. Dokter mungkin juga merekomendasikan terapi imunosupresan untuk menurunkan respons kekebalan tubuh .Tergantung pada gejala, dokter mungkin juga meresepkan penekan batuk, bronkodilator (obat yang membantu membuka saluran udara), dan suplementasi oksigen jika diperlukan. Sejumlah orang yang hidup dengan paru-paru popcorn yang parah berpotensi mesti melakukan transplantasi paru-paru. Namun, paru-paru popcorn juga dapat berkembang sebagai komplikasi dari transplantasi.Pilihan Editor: Waspadai Kesehatan Paru-paru Akibat Mikroplastik di Awan