TEMPO.CO, Jakarta - Anthropomorphism adalah kecenderungan manusia untuk menyematkan sifat, perasaan, empati, atau pikiran manusia pada entitas non-manusia, baik itu benda hidup maupun benda mati. Dalam psikologi, fenomena ini telah menjadi objek studi yang menarik, karena memberikan wawasan tentang cara manusia memahami dan berinteraksi dengan lingkungannya.Merujuk pada KBBI, antropomorfisme memiliki arti pengenalan ciri-ciri manusia pada binatang, tumbuh-tumbuhan, atau benda mati. Baca Juga: Alasan Masyarakat Adat Suku Awyu Mengajukan Kasasi ke Mahkamah Agung Merujuk laman web Universitas Sains dan Teknologi Komputer, fenomena ini dapat dilihat dalam berbagai konteks, mulai dari hubungan manusia dengan hewan peliharaan mereka hingga penafsiran manusia terhadap objek-objek alam atau teknologi. Misalnya, seseorang yang menyebut mobilnya sebagai "setia" atau "pengertian" adalah contoh dari anthropomorphism. Dalam kasus ini, mobil, sebagai objek mati, diberikan atribut manusia seperti kesetiaan dan empati. Dalam penelitian psikologi, para ahli tertarik untuk memahami mengapa manusia cenderung melakukan anthropomorphism. Salah satu teori yang diajukan adalah bahwa anthropomorphism muncul dari kebutuhan manusia untuk memahami dunia di sekitarnya dengan cara yang lebih akrab dan mudah dipahami. Dengan menempatkan sifat manusia pada objek atau makhluk lain, manusia dapat merasa lebih dekat dan terhubung dengan mereka.Selain itu, anthropomorphism juga dapat memberikan rasa pengendalian dan pemahaman yang lebih baik terhadap situasi atau fenomena yang kompleks. Dengan menyematkan sifat manusia pada entitas non-manusia, manusia dapat lebih mudah memprediksi perilaku atau merasakan empati terhadap mereka. Baca Juga: Pekerja Pria Jepang Uji Coba Simulasi Nyeri Haid: Saya Tidak Bisa Bergerak! Namun, anthropomorphism juga dapat memiliki dampak negatif. Misalnya, ketika seseorang terlalu jauh dalam memberikan atribut manusia pada hewan peliharaan mereka, hal ini dapat mengarah pada perlakuan yang tidak sehat atau tidak pantas terhadap hewan tersebut. Iklan googletag.cmd.push(function() { googletag.display('div-gpt-ad-parallax'); }); Scroll Untuk Melanjutkan Selain itu, dalam konteks teknologi, anthropomorphism yang berlebihan dapat mengaburkan batas antara dunia nyata dan dunia maya, yang pada gilirannya dapat mengganggu persepsi dan pemahaman manusia terhadap teknologi tersebut.Dalam konteks psikologi, anthropomorphism juga memiliki implikasi yang penting dalam memahami perkembangan manusia dan interaksi sosial. Misalnya, anthropomorphism sering kali muncul dalam tahap perkembangan awal anak, di mana mereka cenderung memberikan atribut manusia pada mainan atau hewan peliharaan mereka. Hal ini menunjukkan bahwa anthropomorphism mungkin merupakan bagian alami dari proses perkembangan manusia.Secara keseluruhan, anthropomorphism adalah fenomena yang menarik dalam psikologi yang mencerminkan kompleksitas cara manusia memahami dan berinteraksi dengan dunia di sekitar mereka. Meskipun dapat memberikan pemahaman yang lebih baik atau rasa kenyamanan, penting untuk diingat bahwa anthropomorphism harus dipahami dengan bijaksana dan kritis untuk mencegah konsekuensi negatif yang mungkin timbul.Pilihan editor: Jenderal Kehormatan TNI dari Jokowi untuk Prabowo, Dosen Filsafat UGM: Cacat Moral dan Nir-Empati, DPR Perlu Panggil Presiden