TEMPO.CO, Jakarta - Penyakit autoimun terjadi ketika sistem kekebalan tubuh yang seharusnya melindungi tubuh dari patogen atau kuman berbahaya namun malah berbalik menyerang sel, jaringan, dan organ tubuh yang sehat. Autoimun dapat mengenai semua organ atau sistem organ tubuh pada tubuh manusia, termasuk persendian.Dokter di Pusat Kesehatan Ibu dan Anak Nasional (PKIAN) RSAB Harapan Kita Jakarta, Endah Citraresmi, mengatakan radang sendi pada anak yang tidak kunjung sembuh selama lebih dari enam minggu dapat dicurigai sebagai kondisi autoimun. Radang sendi karena autoimun pada anak disebut Juvenile Idiopathic Arthritis (JIA). Baca juga: Bahaya Autoimun pada Anak dan Penanganannya “Arthritis (radang sendiri) itu penyebabnya banyak maka kita harus tunggu sambil menyingkirkan kemungkinan-kemungkinan penyakit lain, itu minimal enam minggu. Jadi, kalau lebih dari enam minggu anak itu masih bengkak, nyeri, sakit sendi, baru kita boleh berpikir ini adalah JIA,” kata Endah dalam webinar, Selasa, 3 September 2024. Ia menjelaskan radang sendi bisa terjadi karena infeksi dan trauma. Tetapi bila penyebab radang sendiri tidak jelas, dokter akan berpikir kemungkinan kondisi autoimun. Meski tidak mengancam jiwa, Endah mengingatkan radang sendi karena autoimun membuat fungsi persendian pada anak terganggu. Dia menyebutkan satu dari seribu anak bisa mengalami radang sendi autoimun.“Ini bisa terjadi pada semua usia, dari bayi sampai remaja, tetapi rata-rata di usia sekitar 7 tahun," ujarnya. Baca juga: Operasi Penggantian Sendi Lutut, Pilhan agar Kualitas Hidup Pasien Membaik Lagi Gejala awal pada anakEndah mengatakan gejala awal pada sebagian anak yang mengalami radang sendi autoimun hanya merasakan pegal atau kaku pada persendian saja. Gejala tersebut timbul secara bertahap, bahkan menetap selama berbulan-bulan hingga tahunan. Iklan googletag.cmd.push(function() { googletag.display('div-gpt-ad-parallax'); }); Scroll Untuk Melanjutkan Radang sendi ini juga menyebabkan pembengkakan yang terasa nyeri mengingat produksi cairan sendi atau cairan sinovial meningkat. Apabila pembengkakan dibiarkan maka akan terjadi kerusakan pada tulang rawan sendi, osteoporosis, dan atrofi atau pengecilan otot.“Kekhasannya adalah nyerinya itu mayoritas terjadi saat pagi hari. Bangun tidur rasanya kaku dan berat. Kemudian begitu bertambah siang lebih mudah bergerak. Atau sehabis duduk lama, sehabis pulang sekolah, anak merasakan nyeri lagi, sering kali disertai demam, juga bisa terjadi penurunan nafsu makan dan berat badan,” jelas Endah.Ada beberapa tipe radang sendi autoimun pada anak. Salah satunya oligoartikular yang menyerang maksimal empat sendi. Endah menyebut 30 persen anak yang mengalami radang sendi autoimun menderita jenis oligoartikular ini. Sedangkan tipe yang menyerang lebih dari empat sendi atau poliartikular dialami 50 persen anak dengan radang sendi autoimun. Ia mengatakan tipe poliartikular ini cukup sulit dikendalikan, apalagi sering kali terjadi pada sendi-sendi kecil seperti jari-jari tangan atau kaki.“Kemudian ada JIA yang sistemik, yang disertai demam dan komplikasi ke organ lain. Ada tipe lain yang disertai psoriasis (peradangan pada kulit). Ada yang kenanya ke ligamen atau tendon. Ada juga JIA yang tidak bisa diklasifikasikan. Pembagian tipe-tipe JIA ini kepentingannya untuk menentukan terapi dan prognosis atau kemungkinan penyembuhannya karena nanti obatnya akan berbeda-beda,” papar Endah.Pilihan Editor: Pakar Ungkap Faktor Risiko Bayi Lahir dengan Penyakit Jantung Bawaan
Source : https://gaya.tempo.co/read/1912023/kenali-gejala-radang-sendi-pada-anak-bisa-jadi-terkait-autoimun