TEMPO.CO, Jakarta - Sekelompok gejala yang berhubungan dengan penurunan fungsi kognitif yang terus-menerus disebut sebagai demensia. Penyakit yang melemahkan ini datang dalam berbagai bentuk dengan lewy body dementia menduduki peringkat kedua setelah penyakit Alzheimer secara prevalensi.Dikutip dari Times of India, hal ini disebabkan oleh penumpukan protein lewy di sel-sel saraf bagian otak yang berfungsi untuk berpikir, mengingat, dan bergerak. Baca Juga: Mengenal Penyakit Ensefalitis, Peradangan pada Otak Akibat Infeksi Virus Menendang atau berteriak saat tertidur lelap bisa menjadi indikasi demensia. Orang dengan demensia bisa mengalami kesulitan menafsirkan emosi atau pengalaman yang rumit dari peristiwa sebelumnya karena kehilangan ingatan atau penurunan kognitif yang terkait dengan perkembangan penyakit. Karena ingatan ini menjadi lebih nyata selama fase tidur seperti tidur Rapid Eye Movement atau REM, ketika mimpi paling sering terjadi, mereka mungkin mencoba berkomunikasi secara fisik daripada secara verbal.Fase tidur REM merupakan salah satu dari lima tahap tidur, biasanya dimulai 90 menit setelah tertidur. Tidur tidak sedalam saat memasuki fase REM karena aktivitas otak meningkat sekali lagi selama tahap ini. Tingkat aktivitasnya mirip dengan saat bangun. Karena itu, fase tidur REM adalah saat petualangan yang hidup atau bahkan mimpi aneh terjadi. Baca Juga: Plus Minus Orang Tua Tidur Bareng Anak Iklan googletag.cmd.push(function() { googletag.display('div-gpt-ad-parallax'); }); Scroll Untuk Melanjutkan Meskipun banyak orang lanjut usia mengalami kesulitan tidur, penderita demensia seringkali lebih sulit tidur. Hingga 25 persen orang dewasa dengan demensia ringan hingga sedang dan 50 persen orang dengan demensia berat dapat mengalami gangguan tidur. Saat demensia memburuk, kesulitan tidur cenderung memburuk juga.Dilansir dari Mayo Clinic, demensia tubuh Lewy dapat menyebabkan gangguan perilaku tidur gerakan mata cepat (REM), yang menyebabkan seseorang mulai secara vokal dan fisik memerankan pengalaman mimpi yang jelas dan seringkali tidak menyenangkan.Mereka mungkin juga bertindak serupa ketika bermimpi, seperti mengobrol dengan suara keras di tempat tidur atau bergerak seolah-olah sedang melakukan sesuatu yang berhubungan dengan mimpi yang dialami. Karena itu, kebiasaan tidur ini dikaitkan dengan kemungkinan risiko demensia.Pilihan Editor: Peneliti Ungkap Cara Jabat Tangan Bisa Cerminkan Kondisi Kesehatan
Source : https://gaya.tempo.co/read/1832940/kebiasaan-tidur-ini-bisa-jadi-alarm-dari-demensia