TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Perhimpunan Ahli Penyakit Dalam Indonesia, Prof. Dr. dr. Erni Juwita Nelwan, SpPD-KPTI, menyebut perlunya mengenali sejumlah tanda demam berdarah dengue (DBD) agar tidak semakin berat, salah satunya pendarahan. Pendarahan akibat DBD bukan mimisan atau bintik-bintik merah pada kulit."Misalnya buang air kecilnya seperti kemerahan atau menstruasi yang terus menerus tidak bisa terkontrol dalam kondisi demam, itu harus hati-hati," ujar Erni dalam diskusi “Peran Masyarakat dalam Perlindungan Keluarga terhadap Ancaman Dengue/DBD" di Jakarta, Rabu, 17 Januari 2024. Baca Juga: Pentingnya Penguatan Sistem dan Validasi Data untuk Atasi Kematian Akibat Demam Berdarah Dengue Gejala DBD yang juga perlu diperhatikan yakni pasien mulai tidak konsentrasi atau mengalami penurunan kesadaran yang bisa ditandai dengan sulit diajak berkomunikasi serta mengalami nyeri perut luar biasa atau abdominal pain. DBD disebabkan gigitan nyamuk Aedes aegypti dan sangat identik dengan musim hujan. Kala nyamuk menggigit, virus masuk ke dalam tubuh dan merangsang sistem imun. Setelah 4-7 hari gigitan nyamuk, dia akan mengalami gejala DBD, salah satunya demam tinggi. Erni mengatakan kondisi demam tinggi yang mendadak perlu dicurigai sebagai DBD walaupun belum ada anggota keluarga yang terkena penyakit itu."Yang mesti dilihat justru tetangga dekat rumah karena biasanya kasus demam berdarah ada di satu lingkungan. Jadi, kalau sudah mulai, salah satu indikator mulai ada fogging, jangan-jangan sudah ada yang mulai kena demam berdarah," jelas Erni. Baca Juga: Puncak Musim Hujan, Dokter Anak Minta Waspadai Penyakit Ini Iklan googletag.cmd.push(function() { googletag.display('div-gpt-ad-parallax'); }); Scroll Untuk Melanjutkan Gejala yang perlu diwaspadaiPada saat demam, pasien disarankan memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan agar mendapatkan diagnosis sejak awal. Demam pertanda DBD bisa mencapai 40 derajat Celcius dan tidak disertai gejala bersin atau batuk. Gejala lain meliputi nyeri otot, sakit kepala parah, mual dan muntah, serta kelelahan. Kemudian khusus anak, Erni mengingatkan orang tua perlu mewaspadai bila anak mengalami demam tinggi dan tidak bisa menerima cairan."Jadi, dikasih minum muntah, sudah enggak mau makan. Ini kita harus lebih hati-hati terlepas apapun penyebab demamnya karena fase demam tinggi menyebabkan dehidrasi," tuturnya.Demam berdarah bisa menyebabkan kebocoran plasma yang mengandung air, gula, dan elektrolit dari dalam pembuluh darah ke jaringan sekitar. "Ini akan menyebabkan cairan pindah. Kalau pada anak tidak bisa minum makan bisa menjadi sesuatu yang berbahaya, mungkin bisa langsung mencari pertolongan ke rumah sakit atau dokter," saran Erni.Pilihan Editor: Inovasi Turunkan Tingginya Kasus DBD lewat Nyamuk dengan Wolbachia