Donor Darah Juga Ada Mitosnya, Bagaimana Faktanya?

Donor Darah Juga Ada Mitosnya, Bagaimana Faktanya?

TEMPO.CO, Jakarta - Januari dijadikan Bulan Donor Darah Nasional di Amerika Serikat untuk meningkatkan kesadaran pentingnya donor darah. Menurut Palang Merah Amerika, dilansir dari Medical Daily, jumlah pendonor darah melalui organisasi nirlaba telah menurun sekitar 40 persen dalam 20 tahun terakhir. Selain penurunan donor secara keseluruhan, terhentinya proses donor darah antara Natal dan Tahun Baru telah menyebabkan kekurangan sekitar 7.000 unit. Secara umum, syarat donor darah di AS adalah berusia 17 tahun (16 tahun dengan izin orang tua jika diizinkan oleh undang-undang negara bagian), berat badan minimal 50 kg, dan secara umum memiliki kesehatan yang baik. Baca Juga: 7 Cara Alami Menurunkan Kolesterol Direktur Bank Darah dan Pengobatan Transfusi di Rumah Sakit Bellevue-Universitas New York, Dr. Jessica Jacobson, mengatakan mitos yang banyak ditemukan adalah donor darah membuat sakit dan pendonor bisa tertular infeksi. Faktanya, orang sehat yang mendonorkan darahnya tidak akan jadi kurang sehat setelahnya dan tidak ada risiko tertular infeksi melalui donor. "Donor darah sangat aman. Setiap pendonor diberikan peralatan steril sekali pakai. Seorang pendonor tidak terkena darah orang lain," kata Jacobson.Ia juga mengatakan 95 persen lebih pendonor tidak mengalami efek samping. Sebagian besar efek samping jika terjadi adalah ringan, termasuk memar, merasa ingin pingsan, dan iritasi saraf. Kurang dari 0,1 persen pendonor darah mengalami reaksi donor darah signifikan yang memerlukan perawatan medis, menurut Jacobson. Baca Juga: Gejala dan Faktor Risiko Urine Berdarah Yang tak memenuhi syaratMitos kedua, jika sedang menjalani pengobatan apapun, orang tidak dapat mendonorkan darah. Namun faktanya, orang dengan masalah kolesterol dan tekanan darah tinggi biasanya memenuhi syarat untuk mendonorkan darahn. Selain itu, obat-obatan yang diresepkan untuk kondisi ini umumnya tidak mendiskualifikasi seseorang untuk mendonor darah. Meski sebagian besar pengobatan tidak membuat orang tak memenuhi syarat mendonorkan darah, pengobatan tertentu mungkin mendiskualifikasi beberapa orang untuk berpartisipasi dalam proses tersebut.Iklan googletag.cmd.push(function() { googletag.display('div-gpt-ad-parallax'); }); Scroll Untuk Melanjutkan "Donor darah alogenik harus aman bagi pendonor darah dan penerima. FDA melarang pengguna obat tertentu untuk mendonorkan darah untuk melindungi penerimanya. Orang yang minum obat untuk mencegah atau mengobati infeksi HIV tidak memenuhi syarat mendonorkan darah alogenik," jelas Jacobson.Transfusi alogenik juga dikenal sebagai transfusi darah homolog, melibatkan transfusi antara donor yang kompatibel dan pasien. Mitos terakhir, mendonorkan darah menghabiskan persediaan darah seseorang. Faktanya, rata-rata orang dewasa memiliki sekitar 10,5 liter darah di tubuhnya dan hanya sekitar 1 liter darah yang dikumpulkan selama sesi donor darah. Volume darah terisi kembali dan kembali normal dalam waktu 24 jam. Darah utuh dapat didonorkan sekali dalam delapan minggu sedangkan trombosit dapat disumbangkan dua kali dalam tujuh hari atau hingga 24 kali dalam 12 bulan."Orang dapat mendonorkan darah utuh setiap 56 hari sekali. Karena sel darah merah biasanya bertahan selama sekitar 120 hari, tubuh terus membuat sel darah merah baru. Setiap hari tubuh menghasilkan sekitar 10 persen trombosit. Faktor pembekuan sel darah putih dan protein lain dalam plasma juga terus dibuat dan diganti," ujar Jacobson.Bagian dari evaluasi setiap orang sebelum mendonor darah adalah memeriksa kadar hemoglobin untuk memastikan darahnya benar aman untuk disumbangkan.Pilihan Editor: Bolehkah Penderita Anemia Donor Darah?

Source : https://gaya.tempo.co/read/1820935/donor-darah-juga-ada-mitosnya-bagaimana-faktanya