Belum Siap Alami Baby Blues? Piskolog Minta Jangan Menikah Dulu

Belum Siap Alami Baby Blues? Piskolog Minta Jangan Menikah Dulu

TEMPO.CO, Jakarta - Baby blues atau sindrom depresi pascamelahirkan adalah kondisi terganggunya suasana hati setelah bersalin dan dialami sekitar 50-80 persen wanita, khususnya kelahiran anak pertama tetapi tidak menutup kemungkinan dialami pada kelahiran anak kedua dan seterusnya. Untuk itu, Naftalia Kusumawardhani dari Ikatan Psikologi Klinis Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) menyarankan pasangan yang belum siap untuk menunda pernikahan demi mencegah baby blues syndrome."Tunda pernikahan apabila usia calon pengantin masih terlalu muda karena secara psikologis belum siap menjadi orang tua. Ada banyak perubahan kehidupan setelah menjadi orang tua yang mengagetkan dan menyita perhatian orang tua baru," kata Naftalia. Baca Juga: 57 Persen Ibu di Indonesia Alami Baby Blues Pascamelahirkan, Tertinggi di Asia Gejala baby blues yang kerap terjadi yaitu mudah sedih dan menangis, sensitif, cemas, takut, tidak percaya diri, merasa kehabisan tenaga, tidak tertarik merawat bayi, merasa gagal, tidak berharga, tidak nyaman, bingung tanpa sebab, dan tidak sabar. "Apabila gejala tersebut berlangsung selama dua pekan maka ibu harus berani ambil keputusan untuk mencari bantuan ke psikolog. Pengalaman melahirkan itu unik, tidak universal, maka sebaiknya ibu tetap berobat dan tidak terpengaruh anggapan orang yang memandang negatif. Justru ibu hebat lah yang tahu cara antisipasinya," ujarnya.Menurutnya, baby blues syndrome dapat dialami karena perubahan kehidupan setelah menjadi orang tua, tidak hanya tentang mengasuh anak tetapi juga hubungan dengan anggota keluarga, mertua, dan ipar yang mengalami transisi. Ia juga menjelaskan ibu yang kelelahan dan memiliki beban dapat menyebabkan kurang optimalnya pengasuhan di masa emas anak, yakni 1.000 hari pertama kehidupan atau usia 0-2 tahun. Baca Juga: Identitas Perempuan di Depok yang Melahirkan dan Meninggalkan Bayinya di Musala Masih Misteri "Ibu yang terlalu capek dan memiliki beban tambahan dapat menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan nutrisi bayi. Ibu stres, ASI tidak keluar, kelelahan sampai tidak sempat memperhatikan gizi dalam menu makanan bayi. Akibatnya pengasuhan di 1.000 hari pertama kehidupan kurang optimal," paparnya.Pentingnya pengetahuan Untuk itu, ia menekankan kepada para calon orang tua pentingnya memiliki pengetahuan tentang kehamilan hingga pascamelahirkan. "Menambah wawasan ini akan membentuk kesiapan dan mengoptimalkan persiapan calon orang tua serta mintalah dukungan keluarga. Persiapan dalam segala aspek juga perlu, tidak hanya finansial tetapi juga secara fisik dan psikologis," ujarnya.Iklan googletag.cmd.push(function() { googletag.display('div-gpt-ad-parallax'); }); Scroll Untuk Melanjutkan Ia menambahkan masa nifas (40 hari usai melahirkan) merupakan periode kritis untuk ibu karena itu adalah waktu yang dibutuhkan untuk pemulihan secara fisik dan psikologis. "Perlu diketahui para calon orang tua apa saja yang terjadi di tiga periode penting selama nifas, yaitu pada hari pertama sampai hari ketiga, taking in. Kemudian hari ketiga sampai ke-10, taking hold, sampai letting go di hari ke-10 hingga kurang lebih minggu keenam," tuturnya.Menurutnya, penting juga bagi orang sekitar untuk tidak menghakimi pilihan ibu dalam melahirkan, baik itu normal maupun operasi sesar. "Penghakiman dari orang lain seperti anggapan ibu sejati adalah yang melahirkan secara normal sedangkan operasi sesar dianggap ibu takut kesakitan, takut bentuk fisik berubah, atau terkesan hanya ingin proses yang mudah saja. Penghakiman itu dapat membuat ibu semakin terbebani," ucap Naftalia.Setelah melahirkan, kondisi fisik ibu mengalami perubahan. Rasa lelah luar biasa dirasakan, apalagi jika tanpa bantuan keluarga di sekitarnya. Untuk itu penting memberi dukungan pada ibu pascamelahirkan."Ibu bahagia, maka bayi sehat. Tidak ada ibu yang sempurna. Hanya ibu yang mau menjalani semua proses kehamilan hingga kelahiran," tegasnya.Pilihan Editor: Psikiater Ungkap Beda Baby Blues dan Depresi Pascamelahirkan

Source : https://gaya.tempo.co/read/1827538/belum-siap-alami-baby-blues-piskolog-minta-jangan-menikah-dulu