Banyak Orang Masih Salah Kaprah soal Epilepsi, Cek Faktanya

Banyak Orang Masih Salah Kaprah soal Epilepsi, Cek Faktanya

TEMPO.CO, Jakarta - Dokter di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional Mahar Mardjono Jakarta, Yuyun Miftaqul Rahmah, merespons sejumlah mitos terkait epilepsi dan mengatakan penderitanya dapat beraktivitas normal jika disiplin dalam pengobatan."Obatnya minum rutin, pencetus dihindari, kejang tidak terjadi, pasien bisa beraktivitas seperti biasa. Tapi memang gaya hidupnya harus lebih sehat, harus lebih tertata dibanding orang-orang biasa," ujar Yuyun di acara penyuluhan kesehatan dalam rangka Hari Epilepsi Sedunia, Kamis, 28 Maret 2024. Baca Juga: Ribuan Anak Afrika Terserang Sindrom Mengangguk, Gangguan Saraf yang Masih Misterius Dia menjelaskan epilepsi dapat disebabkan penyakit vaskular, stroke, kongenital atau bawaan saat lahir, trauma, tumor, penyakit neurodegeneratif, serta infeksi. Namun, yang terbesar adalah idiopatik, yaitu tidak diketahui apa penyebabnya. Yuyun menyebut dua definisi epilepsi. Yang pertama ketika orang kejang dan 24 jam berikutnya kejang lagi. "Atau yang kedua kejangnya satu kali tapi punya kemungkinan mengalami kejang berulang dalam waktu 10 tahun," tambahnya.Dia menyebut jenis epilepsi yang kedua ditemukan pada pasien yang pernah ada lesi di otak sebelumnya, apakah karena stroke, trauma, infeksi, atau tumor. Menurutnya, masih beredar mitos di masyarakat epilepsi semacam penyakit kutukan atau kerasukan. Hal itu tidak benar namun terjadi karena adanya aktivitas listrik yang abnormal di otak.  Baca Juga: Sering Sempoyongan, Dokter Jantung Ingatkan Gejala Atrial Fibrilasi Bisa diobatiSelain itu, ada juga yang beranggapan epilepsi dapat ditularkan melalui air liur penderita. Dia menjelaskan air liur yang keluar adalah reaksi kelenjar air liur saat terjadi kejang dan tidak apa-apa jika terkena. Ia juga menyebut pasien epilepsi dapat menikah, bahkan hamil dan melahirkan anak yang sehat, tidak seperti anggapan sejumlah orang.Iklan googletag.cmd.push(function() { googletag.display('div-gpt-ad-parallax'); }); Scroll Untuk Melanjutkan "Kalau misalnya wanita mau hamil, kalau pasien dengan kejang memang sebaiknya dikomunikasikan ke kita karena obat-obatan antikejang, terutama yang golongan lama, memang bisa mempengaruhi kehamilan. Jadi kalau misalnya memang bisa kita atur sebelum kehamilan terjadi, itu lebih bagus," tuturnya.Dia juga menyebutkan epilepsi dapat diobati dan dikontrol, bahkan penderitanya dapat beraktivitas. Yuyun menyebut banyak pasien epilepsi di RS itu kuliah, kerja, dan sekolah seperti biasa. Hal itu dapat dicapai asalkan meminum obat secara rutin dan hidup teratur, misalnya istirahat atau makan sesuai waktunya, serta menghindari pencetus. Adapun pencetus-pencetus kejang adalah kelelahan, kurang tidur, telat makan, banyak pikiran, terlalu banyak bermain gawai atau menonton TV, terutama di tempat gelap. Namun, mereka perlu berhati-hati ketika melakukan tiga hal, yaitu menyetir, memasak, dan berenang karena apabila terjadi kejang saat aktivitas itu dapat berakibat fatal. Sebaiknya ketiga aktivitas itu dihindari.Pilihan Editor: Alasan Penderita Epilepsi Tak Boleh Banyak Minum Kopi

Source : https://gaya.tempo.co/read/1851028/banyak-orang-masih-salah-kaprah-soal-epilepsi-cek-faktanya